Sunday, March 10, 2013

Information System Security




Pengertian:
Keamanan sistem informasi adalah Proteksi perlindungan atas sumber-sumber fisik dan konseptual dari bahaya alam dan manusia yang meliputi data dan informasi.
Tujuan Keamanan Sistem Informasi
Untuk mencapai tiga tujuan utama: kerahasiaan, ketersediaaan, dan integrasi.
  • Kerahasiaan. Untuk melindungi data dan informasi dari penggunaan yang tidak semestinya oleh orang-orang  yang tidak memiliki otoritas. Sistem informasi eksekutif, sumber daya manusia, dan sistem pengolahan transaksi, adalah sistem-sistem yang terutama harus mendapat perhatian dalam keamanan informasi.
  • Ketersediaan. Supaya data dan informasi perusahaan tersedia bagi pihak-pihak yang memiliki otoritas untuk menggunakannya.
  • Integritas. Seluruh sistem informasi harus memberikan atau menyediakan gambaran yang akurat mengenai sistem fisik yang mereka wakili. 
 Dasar-dasar Keamanan Informasi  
 Tujuan:
  • Menjaga keamanan sumber-sumber informasi , disebut dengan Manajemen Pengamanan Informasi (information security management-ISM)
  • Memelihara fungsi-fungsi perusahaan setelah terjadi bencana atau pelanggaran keamanan, disebut dengan Manajemen Kelangsungan Bisnis (business continuity management-BCM). 
Manajemen Keamanan Informasi 
1. Manajemen keamanan informasi terdiri dari 4 tahap yaitu:
  • Mengidentifikasi ancaman yang dapat menyerang sumber informasi perusahaan;
  • Mengidentifikasi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh ancaman tersebut;
  • Menetapkan kebijakan-kebijakan keamanan informasi; dan
  • Melaksanakan pengawasan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan risiko keamanan informasi.
2. Ancaman dapat menimbulkan risiko yang harus dikontrol. Istilah manajemen risiko (risk management)  dibuat untuk menggambarkan pendekatan secara mendasar terhadap risiko keamanan yang dihadapi oleh sumber-sumber informasi perusahaan.
3. Terdapat pilihan lain, yaitu standar keamanan informasi atau benchmark. Benchmark menunjukkan model keamanan yang dianggap dan diyakini pemerintah dan asosiasi sebagai program keamanan informasi yang baik.
 
 Ancaman Kemanan Sistem Informasi
1.    Ancaman terhadap keamanan informasi berasal dari individu, organisasi, mekanisme, atau kejadian yang memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan pada sumber-sumber informasi perusahaan.
2.      Pada kenyataannya, ancaman dapat bersifat internal, yaitu berasal dari dalam perusahaan, maupun eksternal atau berasal dari luar perusahaan. Ancaman dapat juga terjadi secara sengaja atau tidak sengaja.
3.      Ancaman Internal dan Eksternal
a. Ancaman bersifat internal berasal dari para pegawai tetap, pegawai sementara, konsultan, kontraktor, dan rekan bisnis perusahaan
b. Survey menemukan 49% kejadian yang membahayakan keamanan informasi dilakukan pengguna yang sah dan diperkirakan 81 % kejahatan komputer dilakukan oleh pegawai perusahaan.
c. Ancaman dari dalam perusahaan mempunyai bahaya yang lebih serius dibandingkan yang dari luar perusahaan, karena kelompok internal memiliki pengetahuan yang lebih mengenai sistem di dalam perusahaan.
d.  Kontrol untuk menghadapi ancaman eksternal baru mulai bekerja jika serangan terhadap keamanan terdeteksi.
e. Kontrol untuk menghadapi ancaman internal dibuat untuk memprediksi gangguan keamanan yang mungkin terjadi.
4.      Ketidaksengajaan dan Kesengajaan
a. Tidak semua ancaman berasal dari perbuatan yang disengaja
b.     Banyak diantaranya karena ketidaksengajaan atau kebetulan, baik yang berasal dari orang di dalam maupun luar perusahaan. 
Resiko
- Resiko keamanan informasi adalah hasil yang tidak diinginkan akibat terjadinya ancaman dan gangguan terhadap keamanan informasi. 
- Semua risiko mewakili aktivitas-aktivitas yang tidak sah atau di luar dari yang diperbolehkan perusahaan. 
- Aktivitas-aktivitas tersebut adalah: 
1.  Pengungkapan dan pencurian informasi, Ketika database dan perpustakaan perangkat lunak dapat diakses oleh orang yang tidak berhak. Misalnya, mata-mata industri dapat memperoleh informasi kompetitif yang berharga dan penjahat komputer dapat menggelapkan dana perusahaan
2. Penggunaan secara tidak sah, Penggunaan secara tidak sah terjadi ketika sumber daya perusahaan dapat digunakan oleh orang yang tidak berhak menggunakannya, biasa disebut hacker. Misalnya, seorang hacker dapat memperoleh akses terhadap sistem telepon dan melakukan hubungan telepon interlokal secara tidak sah.
3. Pengrusakan dan penolakan dan Modifikasi yang tidak dibenarkan.

Ancaman Paling Terkenal – Virus

–Dalam dunia komputer dikenal jenis perangkat lunak yang disebut "perangkat lunak perusak" (malacious software atau malware), terdiri dari program atau segmen kode yang menyerang sistem dan melakukan fungsi perusakan. Terdapat banyak jenis perangkat lunak perusak selain virus, di antaranya worm dan Trojan horses.

Virus merupakan program komputer yang memperbanyak diri sendiri dan menyimpan salinannya secara otomatis pada program lainnya dan boot sectors.

Worm tidak memperbanyak diri sendiri, tetapi mengirim salinannya dengan menggunakan e-mail

Trojan horses juga tidak memperbanyak diri. Penyebaran dilakukan oleh pengguna secara tidak disengaja.



Manajemen Resiko

– Di awal bab, kita telah mengidentifikasi manajemen risiko sebagai satu dari dua strategi untuk mendapatkan keamanan informasi.

–Ada empat langkah yang diambil dalam mendefmisikan risiko, yaitu:

1. Identifikasi aset-aset bisnis yang harus dilindungi dari resiko.

2. Kenali resiko

3. Tentukan tingkat-tingkat dari dampak yang ditimbulkan risiko pada perusahaan.

4. Analisis kelemahan-kelemahan perusahaan

–Suatu pendekatan yang sistematik dapat diambil terhadap langkah 3 dan 4, yaitu penentuan dampak dari risiko dan analisis kelemahan perusahaan.

–Tingkat kerusakan yang ditimbulkan risiko dapat diklasifikasikan menjadi dampak parah, dampak signifikan dan dampak minor.

–Untuk dampak yang parah maupun yang signifikan, perlu dilakukan analisis kelemahan perusahaan.

• Jika tingkat kelemahan tinggi, kontrol harus diimplementasikan untuk menghapuskan atau menguranginya.

•Jika tingkat kelemahan sedang, kontrol dapat diimplementasikan

•Jika tingkat kelemahan rendah, maka kontrol yang ada harus dipertahankan.

Untuk melengkapi analisis risiko, hal-hal yang ditemukan dalam analisis harus didokumentasikan dalam laporan. Untuk setiap risiko, isi laporan berisi informasi sbb:
1. Deskripsi risiko
2. Sumberrisiko
3. Tingkat kekuatan risiko
4. Kontrol yang diterapkan terhadap risiko
5. Pemilik risiko
6. Tindakan yang direkomendasikan ntuk menangani risiko
7. Batasan waktu yang direkomendasikan untuk menangani risiko.
8. Apa yang telah dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut.


Kebijakan Informasi Keamanan

–Kebijakan keamanan harus diimplementasikan untuk mengarahkan keseluruh program, sbb:

• Fase 1-Inisiasi proyek. Pembentukan Tim yang akan bertugas untuk mengembangkan kebijakan keamanan.

• Fase 2-Kebijakan Pengembangan.Tim proyek berkonsultasi dalam menentukan persyaratan-persyaratan yang diperlukan.

• Fase 3-Konsultasi dan Persetujuan. Tim proyek berkonsultasi dan menginformasikan hasil temuan kepada para manajer.

• Fase 4-Kewaspadaan dan Pendidikan. Pelatihan kewaspadaan dan program pendidikan kebijakan di unit organisasi.

• Fase 5-Penyebarluasan Kebijakan. Kebijakan keamanan disebarluaskan dimana kebijakan tersebut diterapkan.


Kontrol Teknis

Kontrol teknis adalah kontrol yang dibangun di dalam sistem oleh pengembang selama siklus hidup pengembangan sistem. Auditor internal dalam tim proyek harus memasikan bahwa kontrol telah disertakan sebagai bagian dari perancangan sistem. Sebagian besar kontrol keamanan berdasarkan pada teknologi perangkat keras dan perangkat lunak. Kontrol yang biasa dipakai saat ini adalah sebagai berikut:

1.Kontrol terhadap akses



1. Kontrol Terhadap Akses

Landasan keamanan untuk melawan ancaman yang timbul dari orang-orang yang tidak berwenang adalah kontrol terhadap akses.

Kontrol terhadap akses dilakukan melalui tiga tahap, sbb:

1. Pengenalan otomatis pengguna Para pengguna mengidentifikasi diri mereka meng gunakan sesuatu yang mereka kenali sebelumnya, misalnya password.

2. Pembuktian otomatis pengguna proses identifikasi telah dilakukan, pengguna akan memverifikasi hak mereka terhadap akses menggunakan fasilitas seperti kartu cerdas (smart card), chip identifikasi, dll.

3. Pengesahan otomatis pengguna Bila proses identifikasi dan verifikasi telah selesai pengguna akan diberi otorisasi untuk melakukan akses dengan tingkat-tingkat penggunaan tertentu.

2. Sistem deteksi gangguan

–Logika dasar dari sistem deteksi gangguan adalah bagaimana mengenali potensi pengganggu keamanan sebelum sebelum usaha tersebut menjadi nyata dan menimbulkan kerusakan. Contohnya adalah perangkat lunak proteksi virus (virus protection software).

–Contoh yang lain tentang deteksi terhadap gangguan adalah perangkat lunak yang diarahkan untuk mengidentifikasi pengganggu potensial sebelum penggangu tersebut memiliki kesempatan untuk menimbulkan kerusakan. Alat untuk memprediksi ancaman dari dalam perusahaaan telah dikembangkan dengan mempertimbangkan berbagai karakteristik, seperti posisi pegawai di perusahaan, akses terhadap data-data penting, kemampuan untuk mengubah komponen perangkat keras, jenis aplikasi yang digunakan, file yang dimiliki dan pemakaian protokol-protokol jaringan tertentu.



3. Firewalls

Firewall bertindak sebagai suatu saringan dan penghalang yang membatasi aliran data dari internet masuk dan keluar perusahaan. Konsep yang menjadi latar belakang firewall adalah membangun satu pengaman untuk seluruh komputer yang ada di jaringan perusahaan. Ada tiga jenis firewall, yaitu packet-filtering, circuit-level, dan aplication level.

PACKET-FILTERING FIREWALL. Firewall penyaring adalah Satu perangkat yang biasanya disertakan ke dalam jaringan adalah router. Kelemahan router adalah bahwa router ini merupakan satu-satunya titik yang digunakan untuk menjaga keamanan.

CIRCUIT-LEVEL FIREWALL. Satu tingkat diatas router adalah circuit-level firewall atau firewall tingkat sirkuit yang di-install antara Internet dan jaringan perusahaan, tetapi tetap memiliki kelemahan sebagai sistem keamanan yang berpusat pada satu titik.

APPLICATION-LEVEL FIREWALL. Firewall tingkat aplikasi ini ditempatkan antara router dan komputer yang melakukan aplikasi. Dengan cara ini, pemeriksaan keamanan secara penuh dapat dilakukan. Firewall aplikasi adalah firewall yang paling efektif, tetap firewall ini cenderung mengurangi akses terhadap sumber daya dan merepotkan programer



4. Kontrol kriptografi

–Penyimpanan dan transmisi data dapat dilindungi dari pemakaian secara ilegal melalui kriptografi. Kriptografi adalah penyusunan dan penggunaan kode dengan proses-proses matematika, sehingga pemakai ilegal hanya akan mendapatkan data berbentuk kode yang tidak dapat dibaca.

–Kriptografi meningkat popularitasnya sejalan dengan perkembangan penggunaan e-commerce, dan protokol khusus yang ditujukan untuk aplikasi kriptografi telah dikembangkan. Salah satunya adalah SET (Secure Electronic Transactions/Pengaman Transaksi Elektronik) yang melakukan pemeriksaan keamanan menggunakan tanda tangan digital. Penggunaan tanda tangan rangkap ini lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan nomor seri seperti yang terdapat pada kartu kredit.

–Dengan meningkatnya popularitas e-commerce dan pengembangan teknologi enkripsi yang berkesinambungan, penggunaan enkripsi diperkirakan akan meningkat walaupun ada pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah.



5. Kontrol fisik



–Langkah pencegahan pertama terhadap gangguan ilegal dari luar adalah mengunci pintu ruang komputer.

–Pencegahan selanjutnya yaitu menggunakan kunci yang lebih canggih, yang hanya dapat dibuka dengan sidik jari dan pengenalan suara.

–Selanjutnya pengawasan menggunakan kamera dan menempatkan petugas keamanan.

–Perusahaan dapat meminimalisasi pengawasan fisik dengan menempatkan pusat komputernya di lokasi yang jauh dari kota besar dan pemukiman penduduk dan jauh dari daerah yang rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan badai



2.  Kontrol Formal

–Kontrol formal meliputi penetapan kode, dokumentasi prosedur dan penerapannya, serta monitoring dan pencegahan perilaku yang menyimpang dari peraruran-peraturan yang telah ditetapkan.

–Kontrol bersifat formal artinya manajemen perusahaan menyediakan waktu tertentu untuk melaksanakannya, hasilnya didokumentasikan secara tertulis dan dalam jangka waktu panjang kontrol ini menjadi salah satu inventaris perusahaan yang berharga.

–Ada kesepakatan universal bahwa jika kontrol formal ingin lebih efektif, maka manajemen tingkat atas harus mengambil peran aktif dalam penetapan dan penerapannya.



3.  Kontrol Informal

–Pengawasan informal meliputi aktivitas-aktivitas seperti menanamkan etika kepercayaan perusahaan terhadap pegawainya, memastikan bahwa para pegawai memahami misi dan tujuan perusahaan, mengadakan program pendidikan dan pelatihan serta program pengembangan manajemen.

–Kontrol ini ditujukan untuk memastikan bahwa pegawai perusahaan memahami dan mendukung program keamanan tersebut.



Bantuan Pemerintah dan Industri

–Beberapa dari standar berbentuk benchmark sebagai salah satu strategi dalam manajemen risiko. Ada juga standar yang menggunakan istilah baseline.

–Pemerintah tidak mengharuskan perusahaan dan organisasi mengikuti standar, tapi lebih cenderung menyediakan bantuan dan arahan bila perusahaan akan menentukan tingkat keamanan yang ingin dicapai. Beberapa contoh standar adalah sebagai berikut:

United Kingdom's BS 7799. Standar yang dikeluarkan oleh negara Inggris

BSI IT Baseline Protection Manual, pendekatan baseline diikuti juga oleh German Bundesamt Fur Sicherheit in der Information technik (BSI).

COBIT. Kontrol COBIT dikeluarkan oleh ISACAF (Information Systems Audit and Control Association & Foundation).

GASSP. GASSP adalah singkatan dari Generally Accepted System Security Principles. Dibuat oleh Lembaga Penelitian Nasional Amerika Serikat.

GMITS. GMITS atau The Guidelines for the Management of IT Security. Produk dari Joint Technical Committee dari ISO (International Standards Organization).

ISF Standard of Good Practise. The Information Security Forum Standard of Good Practice







Manajemen Keberlangsungan Bisnis (BCM)

–Aktivitas yang dilakukan untuk melanjutkan operasional perusahaan setelah terjadinya gangguan dan bencana terhadap sistem informasi disebut Manajemen Keberlangsungan Bisnis (Business Continuity Manajemen-BCM).

–Awalnya aktivitas ini disebut sebagai disaster planning atau perencanan ketika terjadi bencana. Istilah ini diperhalus menjadi contingency planning atau perencanaan terhadap hal-hal di luar dugaan dan perkiraan..

–Perusahaan telah menemukan bahwa pendekatan dengan cara memilah dan mengembangkan rencana menjadi sub-rencana dimana setiap sub-rencana diarahkan pada satu topik tertentu, lebih baik dibandingkan dengan pendekatan contingency planning yang bersifat menyeluruh. Yang termasuk sub-rencana rencana di antaranya:

1. rencana darurat,

2.rencana back up, dan

3.rencana pencatatan kejadian-kejadian penting.